Sebagai kaum minoritas, bagaimana muslimah Jepang menjalankan kewajiban agama? Simak selengkapnya!
Jepang, negara kepulauan yang terletak di ujung barat Samudra Pasifik ini mayoritas penduduknya memeluk agama Shinto. Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Jepang, selain Shinto agama yang cukup populer di negara matahari terbit itu adalah Budha dan Kristen.
Pesatnya industri dan unggulnya kualitas pendidikan di Jepang menjadikan negara ini ramai dijadikan tempat perantauan oleh warga asing, termasuk Indonesia. Kedatangan turis maupun pekerja asing dari berbagai latar belakang membuat potret agama dan akulturasi budaya di negara ini kian berkembang.
Sebagai kaum minoritas, saat ini tercatat jumlah umat Islam di Jepang adalah 180 ribu jiwa, atau setara dengan 0,1 persen dari populasi keseluruhan. Lantas bagaimana para muslim dan muslimah Jepang ini menjalankan kewajiban sebagai kaum minoritas?
Beraktifitas dengan Hijab, Sulitkah Menjadi Muslimah di Jepang?
Tinggal di negara minoritas muslim, menjadi tantangan tersendiri bagi Zhafira Aqyla. Influencer sekaligus Youtuber Indonesia yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Osaka ini tidak pernah menanggalkan hijabnya di Negeri Sakura.
Perempuan berhijab yang akrab disapa Zhaf ini mengaku tak begitu kesulitan menjalani kewajiban sebagai muslimah di Jepang. Dirinya tidak pernah mendapatkan diskriminasi dalam bentuk apapun meskipun tampil sebagai muslimah. Justru sebaliknya, Zhafira mengaku beberapa kali penampilannya dipuji warga Jepang.
Dalam sebuah video yang diunggah melalui kanal Youtubenya, Zhafira juga menjelaskan bahwa dirinya juga tidak pernah meninggalkan ibadah ditengah kesibukan kuliahnya. Para Dosen di Jepang selalu memberinya toleransi untuk sholat ditengah waktu yang berbenturan dengan jam belajar di kelas.
Di lingkungan Universitas Osaka Zhafira tidak kesulitan mencari tempat sholat, sebab di kampusnya itu juga sudah disediakan mushala bagi umat Islam. Namun, menjadi muslimah di Indonesia dengan muslimah Jepang tentu ada perbedaan tersendiri.
Tak jarang Zhafira juga harus sholat di ruang kelas kosong atau mencari ruangan kosong ketika bepergian. Ketika keluar dari rumah, Zhafira juga harus berwudhu di westafel dan hal ini membuatnya seringkali menjadi “pusat perhatian” bagi warga Jepang. Namun dirinya tak menganggap hal ini sebagai kesulitan untuk menjalankan kewajiban.
Kini, sudah banyak warga Jepang yang mulai memahami bahwa muslim harus mengonsumsi makanan halal. Dalam perkara makanan, ia bersyukur sahabat-sahabatnya di Jepang mau mengerti keadaan Zhafira yang tidak bisa mengonsumsi alkohol maupun daging babi. Mereka tak merasa kesulitan menyesuaikan restoran dengan Zhafira.
Bagi Zhafira menjadi muslimah pendatang di Jepang tidak begitu sulit, sebaliknya ia merasa senang bisa saling toleransi antar agama dan budaya berbeda. Ia tak pernah mendapat perilaku tidak mengenakkan dari tetangga maupun rekan-rekannya.
Figur muslimah Jepang Penghafal Qur’an, Sahar Nakayama
Selain pendatang, ada juga lho muslimah Jepang asli yang sudah menjalankan kewajiban agama sedari kecil! Sahar Nakayama, namanya mencuat pada tahun 2018 lalu. Sahar banyak diberitakan media-media di Indonesia lantaran dirinya adalah muslimah Jepang yang termotivasi menjadi penghafal Al-Qur’an.
Sahar adalah muslimah Jepang yang lahir di Tokyo dan hingga kini masih berstatus sebagai warga negara Jepang. Lahir dari orang tua muslim, gadis campuran Pakistan-Jepang ini mengaku telah mengenakan jilbab atau penutup kepala bagi muslimah sejak usianya 5 tahun.
Sejak kecil dirinya bersekolah di sekolah Internasional Jepang. Melalui komunikasi dan penjelasan dari pihak keluarga, Sahar bisa bebas menggunakan hijab ketika bersekolah. Seragam Sahar sedikit berbeda dari temannya, tapi ia tidak pernah mendapatkan diskriminasi atas hal itu.
Kehidupan spiritualnya juga berjalan lancar. Muslimah Jepang ini mengungkap, sedari usia 6 tahun dirinya leluasa untuk belajar agama dan menghafal Qur’an di Masjid Otsuka setiap pukul 16.00 sore waktu setempat.
Melalui bimbingan sang Guru, Niezz Muhammad dari Pakistan, kini Sahar Nakayama berhasil menjadi muslimah Jepang penghafal Qur’an pertama di Jepang. Sahar Nakayama tengah menempuh pendidikannya di salah satu Universitas di Jepang dengan konsentrasi budaya dan bahasa Timur Tengah.
Sepanjang ia menempuh pendidikan dan menjalani hari sebagai muslimah Jepang ia tak pernah mendapat diskriminasi. Hanya saja, Sahar sempat mengaku kesulitan untuk membagi waktu ibadah dengan jam kerja ketika dirinya tengah bekerja part time pada masa awal perkuliahan.
Wah ternyata menjadi minoritas di Negeri Sakura cukup menyenangkan juga ya! Mintip angkat topi untuk para Muslimah Jepang yang terus menunaikan kewajiban agama di tengah perbedaan yang ada.
Ikuti terus berita terbaru dari kanal-kanal Titip Jepang ya! Yuk, baca artikel lainnya di sini^^
Jangan lupa Ikuti juga media sosial Titip Jepang:
Instagram: @titipjepang
Twitter: @titipjepang
Facebook: Titip Jepang